gema solawat

Peringati Maulid Nabi Muhammad Saw., dan Milad Luthfunnajah, Pesma An Najah Gelar Gema Sholawat

AnnajahNews – 19 September 2024 — Pada malam Kamis yang lalu, Pesantren Mahasiswa (Pesma) An Najah berhasil menggelar acara Gema Sholawat dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Milad Luthfunnajah yang ke-10. Acara yang bertajuk “Menumbuhkan Jiwa Harmoni dalam Kiprah Maulid Nabi” ini dilaksanakan dengan meriah di Masjid Baitul Mu’min, dihadiri oleh ratusan santri, anggota masyarakat, dan penggemar seni hadrah.

Rangkaian acara dimulai dengan Mauidoh Hasanah oleh Pengasuh Pesma An Najah, dalam sambutannya, menekankan pentingnya acara ini sebagai momentum untuk merenungkan ajaran-ajaran Nabi dan menumbuhkan rasa cinta serta persatuan di antara umat. “Kami ingin menjadikan acara ini sebagai wadah untuk memperkuat ukhuwah dan meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW. Mari kita tingkatkan cinta kita kepada Nabi dengan mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari,”

Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan sholawat yang dipimpin oleh santri, menggugah semangat dan kehangatan di antara para peserta. Suara merdu dan syahdu memenuhi masjid, menyatukan hati dan jiwa dalam mengagungkan nama Nabi. Peserta dari berbagai usia tampak antusias mengikuti rangkaian sholawat, yang menandakan betapa besarnya cinta mereka terhadap Nabi Muhammad SAW.

Tak hanya itu, peserta juga diajak untuk berdoa bersama, memohon kepada Allah SWT agar masyarakat diberkahi dengan kedamaian dan keharmonisan. Suasana khidmat terasa saat setiap orang menutup mata, menyatukan harapan dan doa untuk masa depan yang lebih baik.

Acara ini juga menjadi kesempatan bagi santri dan warga untuk saling berkenalan dan berbagi pengalaman. Banyak peserta yang menyatakan rasa syukur bisa berpartisipasi dalam perayaan yang penuh makna ini. “Saya merasa sangat terinspirasi dan termotivasi setelah mengikuti acara ini. Semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran Nabi dalam kehidupan sehari-hari,” ujar salah satu santri.

Sebagai penutup, acara Gema Sholawat ini diakhiri dengan pembacaan doa bersama, mengharapkan agar semangat harmoni terus terjalin di antara seluruh peserta. Pesma An Najah berkomitmen untuk terus menyelenggarakan kegiatan-kegiatan serupa, sebagai bentuk cinta kepada Nabi dan upaya untuk menumbuhkan nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat.

Dengan kesuksesan acara ini, Pesma An Najah berharap dapat terus berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis, serta mengajak semua pihak untuk bersatu dalam misi mencintai dan mengamalkan ajaran Nabi Muhammad SAW. Mari bersama-sama kita jaga dan perkuat ukhuwah di tengah masyarakat demi masa depan yang lebih baik! (Annisa Lutfiana)

(Ketua FKUB terpilih K.H. Prof. Dr. Mohammad Roqib, M.Ag., saat memberikan sambutan pasca pengukuhan, 26/08)

K.H. Prof. Dr. Mohammad Roqib, M.Ag., Kembali Dikukuhkan sebagai Ketua FKUB Banyumas Masa Bakti 2024-2029 

AnnajahNews – Pj Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro mengukuhkan 17 anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) periode 2024-2029 Kabupaten Banyumas di Pendopo Si Panji Purwokerto, Senin 26 Agustus 2024.

Pengasuh Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto, K.H. Prof. Dr. Mohammad Roqib, M.Ag., kembal diberi kepercayaan untuk menjabat sebagai Ketua FKUB Banyumas masa bakti 2024-2029.

Beliau menuturkan, prosesi pengukuhan ini merupakan kali pertama yang dilakukan kendati organisasi tersebut didirikan sejak tahun 1996.

“Sejak 1996 pengurus selama ini belum pernah ada pelantikan dan pengukuhan. Baru kali ini secara resmi dikukuhkan. Jadi dulu hanya diberi SK langsung bekerja,” kata dia, usai pengukuhan.

Menurutnya, FKUB menjadi mitra pemerintah daerah untuk menjaga kondusivitas dalam kaitannya dengan kegiatan keagamaan.

Misalnya, dalam hal perizinan tempat ibadah, FKUB selalu berupaya mendampingi bersama-sama agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.

“Jika tidak memungkinkan maka ada jalan keluar di antaranya dengan rumah yang digunakan sementara, seperti di Jalan A Yani ada ruko yang digunakan sementara dan itu bisa diperpanjang izinnya. Kami terus mendampingi,” kata dia.

Dia juga berharap, Pemkab Banyumas dapat membantu dalam hal pembiayaan kegiatan.

Pasalnya, cukup banyak ide dan gagasan namun anggarannya pas-pasan.

“Sekarang ada 14 FKUB kecamatan. Bahkan dari Provinsi ingin agar (FKUB) sampai RT RW di bawah koordinasi Kemenag. Ini sudah disosialisasikan,” ujarnya.

Terkait program FKUB ke depan, Roqib mengatakan, kegiatan dalam rangka menjaga kerukunan antar umat beragam tidak perlu formal.

Misalnya dengan menggelar sepeda gowes bersama dalam rangka silaturrahmi sering ketemu dan tukar pendapat.

“Ke depan juga akan ada Kampung Moderasi Pancasila di sekitar Menara Pandang Purwokerto. Bupati Badung sudah siap memberikan bantuan mendirikan pura. Ini akan menjadi destinasi wisata spiritual,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Pj Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro mengatakan, FKUB memiliki peran penting dan strategis dalam menjaga keharmonisan sosial, mencegah terjadinya konflik serta mempromosikan dialog antarumat beragama.

“Tapi saya pesan, kepada pengurus juga memberikan perhatian dan bantuan kepada masyarakat di lingkungan sekitar tanpa memperhatikan suku, agama dan ras. Ndherek titip. Mari kita sengkuyung bersama dan saling bersinergi. Bukan hanya soal kerukunan namun juga kebersamaan,” ucapnya. (SM)

drawing-illustration-abstract-165992-wallhere.com

Sepucuk Nasihat; Khalwatun Khayat

Oleh: Nisa Faidatul Rohimah

Pada suatu waktu, setelah jamaah Magrib bersama Abah K.H. Prof. Dr. Mohammad Roqib, M.Ag., beliau memberikan sepucuk nasihat tentang kehidupan. “Kehidupan adalah merasakan satu kesenangan ke kesenangan yang lain,” ucap Abah. Beliau menjelaskan terkadang kehidupan itu terasa begitu cepat dan terkadang juga begitu lambat. Tergantung bagaimana kita menikmati atau tidaknya sebuah kehidupan.

 Abah menceritakan perjalanannya ketika hijrah dari Yogyakarta ke Purwokerto. Ketika sebelumnya beliau pulang-pergi untuk mengajar dari Yogyakarta ke Purwokerto yang kurang lebih beliau lakukan selama delapan tahun. Namun, beliau merasa hal itu berlalu begitu cepat. Namun, karena beliau diberi amanah untuk menjadi Wakil Rektor STAIN pada saat itu dan mengharuskannya untuk menetap di Purwokerto.

Pindah ke sebuah tempat baru bukanlah hal yang mudah. Kita harus meninggalkan rumah tempat di mana kita menghabiskan waktu bersama keluarga, meninggalkan kenangan-kenangan yang ada dan juga banyak teman-teman dekat. Begitu pula dengan Abah yang merasa begitu sedih karena harus meninggalkan tempat tinggalnya. Namun, karena tugas yang diembannya beliau pun tetap melangkahkan kaki di tanah Purwokerto.

Abah juga bercerita beliau yang lahir dari keluarga sederhana dulu pernah berharap bisa naik pesawat dan sekarang sudah bisa ke mana-mana dengan pesawat. Tidak terasa sudah lebih dari setengah abad usia Abah, ada banyak hal yang telah beliau lalui dalam kehidupan ini. Beliau mengatakan ketika kita merasakan khalwatun khayat (manisnya kehidupan) waktu akan berlalu begitu cepat. Tidak hanya tentang kehidupan, tapi juga khalwatun iman (manisnya iman), Islam, ‘ilmi ataupun kemanisan-kemanisan yang lainnya, karena hakikatnya ketika manusia merasakan kesenangan dalam sebuah hal, ia berharap untuk dapat merasakannya lebih lama lagi. Untuk merasakan kenikmatan suatu hal, yang perlu kita lakukan ialah mensyukuri dan menerima hal yang terjadi pada diri kita.

Purwokerto, 24 Agustus 2024

Tentang Penulis:

Nisa Faidatul Rohimah, atau yang lebih sering disapa Nisa merupakan seorang perempuan kelahiran Cilacap, 6 Maret 2004. Ia mulai aktif menulis karya fiksi pada saat pandemi. Cerpen dan puisi adalah tulisan pertama yang dibuatnya. Selain itu, ia juga pernah menulis beberapa novel di platfrom online. Saat ini, ia sedang menekuni tulisan non fiksi seperti esai ilmiah dan artikel jurnal. Buku terbaru yang diterbitkannya yaitu, “Pendidikan untuk Apa dan Siapa?” merupakan hasil antologi yang diikutinya pada saat perlombaan Sayembara Esai FTIK UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Saat ini ia berstatus sebagai mahasiswa di UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, sekaligus sebagai santri di Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto dan aktif di Komunitas Pondok Pena.

Ilustratasi: www.walhere.com

Hope concept. Man paddle red boat to light in cave. illustration. fantasy oil painting

Manajemen Harapan

Oleh: K.H. Prof. Dr. Mohammad Roqib, M.Ag.*

Ada yang perlu kita renungkan dari “la’allakum tattaqun” agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa. Jadi ada menejemen harapan. Harapan manusia pasti ada, setinggi apapun, sekecil apapun, serendah apapun, pasti setiap manusia punya harapan.

Bagaimana agar kita meningkat kehidupannya maka berpandai-pandailah memanaj harapan. Jika orang mengatakan “Ah, apakah mungkin kalau kau orang desa, bisa menggapai cita-cita? Bolehlah komentar ini didengar tapi jangan sampai mematahkan semangat, bahwa kita akan tetap memelihara, menyemai, mengembangkan  harapan itu menjadi riil dan nyata dalam kehidupan.

Selama orang masih punya harapan maka orang tersebut masih mempunyai masa depan. Jika ada orang yang sudah putus harapan, maka kesengsaraan, kehinaan, akan menghadang dalam kehidupan. Jadi harapan ini penting. Allah punya iradah. Dengan mengikuti apa yang diwajibkan oleh Allah dan sifat Allah maka kita juga punya harapan. Harapan sebagai manusia untuk menjadi lebih baik, lebih meningkat. Kita harapannya bisa meniru jejak orang-orang sukses. Jika di sekitar kita ada orang yang telah diberi nikmat, jika itu kenikmatan ilmu, maka tempelkan untuk mendapatkan ilmu setinggi langit. Jika melihat kenikmatan orang yang diberi harta dan suka mendermakan harta bendanya, maka kejarlah rizki Allah dengan sekaligus merencanakan bahwa rizki yang didapat nanti akan dimanfaatkan untuk kemaslahatan diri sendiri, orang-orang di sekitar dan semua masyarakat yang ada di lingkungan kita. Memberikan kenikmatan potensi ekonomi yang kita miliki kepada orang lain, adalah bagian dari manajemen harapan agar semakin hari semakin sejahtera. Ini namanya kecerdasan finansial atau fikih finansial. Jadi kehidupannya semakin hari semakin memiliki tingkat kesejahteraan. Kesejahteraan itu bukan untuk diri sendiri saja tetapi untuk orang-orang di sekitarnya yang dia cintai bahkan bagi masyarakat secara luas.

Jika kita berhadapan dengan pejabat, pemerintah, maka kita juga bisa punya harapan. Bahwa suatu saat nanti, ketika bisa memegang tampuk kepemimpinan, bisa mengambil kebijakan, menggerakan rakyat, menggerakan umat untuk satu titik tujuan utama yaitu mendapatkan ridho Allah dengan tingkat kemaslahatan berupa kesejahteraan yang meningkat, keadilan yang merata, dan mendapatkan tingkat prestasi serta kebahagiaan yang didamba.

Namun harapan itu jangan sampai dititikkan pada potensi material, tapi harus ditarik lurus terus ke atas sampai ke titik spiritual yaitu mendapat rahmat dan ridho Allah Swt. Jadi harapan ini banyak visinya. Misalnya, punya harapan untuk membuat sebuah gedung, taman, istana yang nyaman dan bisa bermanfaat  lagi untuk dirinya, masyarakat, dan semuanya ditujukan untuk meraih ridho Allah Swt. Jadi aspek seni, budaya, dengan keindahan rumah, taman, lukisan, khot, seni suara, lagu dan seterusnya diharapkan bisa berkembang terus, tapi titik sentral dari tujuannya adalah untuk mendapatkan rahmat dan ridho Allah.

Ini adalah salah satu upaya yang harus terus ditanamkan di dalam hati setiap individu muslim, tanpa kecuali, orang desa, kota, hanya tamatan SD atau sarjana, pascasarjana, ustad, santri, kiai, semua harus mengembangkan harapan-harapannya dan dimanaj jangan sampai berbenturan, tetapi harus serasi kepada satu titik. Saling menguatkan, saling melengkapi, dan ini menjadi bagian dari upaya untuk menguatkan tadi.

Jika ada kelemahan, penurunan semangat, dan lain sebagainya, berkonsultasilah kepada yang ahlinya. Tanya kenapa semangat kita turun, kenapa semangat kita melemah? maka nanti akan ada jalan keluar. Semangat dan harapan ini tidak hanya sekadar menjadi harapan namun akhirnya menjadi kenyataan dengan terus menerus semangat di dalam hati, di dalam jiwa dan di dalam kalbu “man jadda wajada” siapa yang giat pasti akan dapat, siapa yang memohon maka akan dikabulkan, siapa yang berikhtiar maka akan mendapatkan. Tahniah!

*Tulisan di atas merupakan renungan ngaji kehidupan bertajuk “Mutiara Hati” yang disampaikan oleh K.H. Prof. Dr. Mohammad Roqib, M.Ag.

Ilustrasi: https://media.istockphoto.com/id/1169704350/id/vektor

Wujudkan Lingkungan Pesantren yang Bersih Melalui Roan untuk Mencari Berkah Kyai

Oleh: Sofia Amelia Sari

Islam begitu menjujung tinggi kebersihan. Sampai terdapat hadits yang mengatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Ini berarti islam mengaitkan antara iman dengan kebersihan. Kaitan iman dengan kebersihan hakikatnya mendorong manusia untuk menjaga kebersihan. Baik kebersihan diri sendiri dan lingkungan. Faktanya terdapat orang yang tidak peduli dengan kebersihan lingkungan. Dalam lingkungan pesantren kebersihan tidak menjadi hal yang asing lagi. Kebanyakan pesantren justru tidak menerapkan kebersihan dilingkungannya. Ini menjadi hal yang sangat miris dengan kotornya lingkungan pesantren. 

Faktanya tercatat kurang lebih 29.043 pesantren yang ada di Indonesia. Dari jumlah pesantren tersebut pasti tidak semua dari mereka memiliki lingkungan pesantren yang bersih. Terdapat satu pesantren di Purwokerto yang begitu menjunjung tinggi kebersihan. Pesantren tersebut yaitu Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto. Di pesantren tersebut telah melakukan bersih-bersih lingkungan dengan istilah “roan”. Roan ini dilakukan setiap hari Minggu dengan lokasi yang berbeda-beda. Tujuanya adalah menjaga kebersihan lingkungan pesantren. 

(Potret kegiatan santri tengah roan ngecor salah satu bangunan di Pesantren Mahasiswa An Najah)

Sebagai seorang santri pasti tidak asing lagi dengan bersih-bersih lingkungan.  Santri juga menyadari apabila lingkungannya bersih maka akan menimbulkan kenyamanan bagi para santri sendiri. Dengan adanya roan, para santri diharapkan dapat menerapkan jiwa bersih pada diri sendiri. Para santri diharapkan mampu membangun kebersamaan melakuman kegiatan ini. Walaupun melelahkan, namun santri tetap semangat dalam melakukan roan. Dalam hal ini kebersihan menjadi hal utama yang diterapkan di lingkungan pesantren. Sudah seharusnya santri memiliki jiwa kebersihan yang tinggi. Dengan roan yang dilakukan santri tersebut dapat dibuktikan kebersihan pesantren sangat terjaga dengan baik. 

Selain karena kesadaran diri yang dimiliki oleh santri dalam melakukan roan, juga terdapat faktor figur kyai yang menjadi teladan bagi santrinya, sebagaimana dawuh K.H. Prof. Mohammad Roqib, M.Ag., yang selalu mengingatkan kepada santrinya bahwa “pesantren harus selalu bersih, sebersih hotel”. Dengan adanya pernyataan tersebut, santri diharapkan mampu melaksanakan dawuh (perintah) yang diperintahkan oleh sang kyai.  Kyai sendiri pasti menginginkan yang terbaik untuk para santri. Roan dinilai menjadi sesuatu yang tepat diterapkan dilingkungan pesantren. Terlebih telah diperintahkan secara langsung oleh kyai. Dengan lingkungan yang bersih akan menciptakan suasana yang indah di lingkungan pesantren. 

Dilihat dari segi kesehatan, roan menjadi olahraga rutin yang dilakukan santri setiap minggunya. Karena dengan melakukan roan maka tubuh santri akan bergerak dan menghasilkan keringat. Tubuh yang sehat akan didambakan oleh semua orang. Karena dengan kesehatan akan memudahkan dalam melakukan aktivitas. Misalnya estafet baru bata, estafet pasir dan lainnya. Tangan santri akan bergerak dan akan  menghasilkan keringat. Dengan menjaga kebersihan lingkungan secara tidak langsung akan menimbulkan kesehatan. 

Roan menjadi solusi terbaik dalam menjaga kebersihan lingkungan. Santri diharapkan mampu meneladani sunah sunah nabi dengan menjaga  lingkungan.  Sudah seharusnya sebagai seorang santri untuk menjaga kebersihan lingkungan.  Kunci dari kebersihan lingkungan adalah peduli. Dengan adanya rasa peduli maka kepekaan terhadap kebersihan akan muncul dengan sendirinya. Kesadaran ini harus dibangun dilingkungan pesantren. Terlebih dipesantren hidup dengan kebersamaan. Kebersamaan ini dapat tercipta melalui kegiatan roan yang dilakukan oleh para santri. 

Roan menjadi solusi tepat bagi santri untuk mencari keberkahan kyai. Dengan melakukan roan santri dapat menjadi lebih dekat dengan kyai. Tubuh sehat juga menjadi manfaat yang dihasilkan setelah melakukan roan,. Rasa kebersamaan dan saling bahu membahu menjadi manfaat yang didapatkan oleh seorang santri. Santri diharapkan mampu menjaga kebersihan lingkungan pesantren tempat mereka tinggal.

Penulis:

Sofi Amelia Sari, merupakan mahasiswa UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Saat ini penulis juga berstatus sebagai santri di Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto dan aktif di Komunitas Pondok Pena.