Pesantren sebagai lembaga pendidikan non-formal memiliki metode pembelajaran yang khas salah satunya adalah sorogan. Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa Jawa) yang berarti menyodorkan. Sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan Kyai atau pembantunya (asisten Kyai). Menurut Zamakhsyari Dhofier, yang mengatakan bahwa metode sorogan adalah metode pembelajaran di mana santri mendatangi Kyai yang akan membacakan beberapa baris al-Quran dan kitab berbahasa Arab disertai terjemahan dengan menggunakan bahasa tertentu yang pada akhirnya santri harus mengulangi seperti yang dilakukan oleh Kyainya secara bergiliran (Adib, 2021), jika santri salah dalam bacaannya maka Kyai atau guru akan langsung mengoreksi saat itu juga sehingga lebih efektif (Sumardi, 2012).
Pada intinya metode sorogan adalah metode pembelajaran yang mengandalkan kemampuan memahami dan mengingat kitab atau al-Quran yang sudah dikaji bersama Kyai. Setelah itu, santri mengulang atau membacakan kembali hal tersebut di hadapan Kyai. Karena ada proses mengingat ini lah metode sorogan memiliki kelebihan tersendiri salah satunya terindikasi dapat memperlambat progresivitas penyakit alzheimer.
Penyakit Alzheimer
Penyakit alzheimer adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan memori, bahasa, pemecahan masalah dan kemampuan kognitif lainnya yang mempengaruhi seseorang dalam menjalankan kegiatan sehari-hari (Gloria, 2021). Ciri khas dari penyakit ini adalah hilangnya memori jangka pendek yang akan berpengaruh pada produktivitas pasien (Gemiralda, 2019) karena yang diserang adalah bagian otak yang mengontrol pikiran, ingatan dan bahasa. Dalam Islam penyakit alzheimer merupakan tanda kebesaran Allah, menunjukan bahwa manusia itu memiliki banyak kelemahan dan kekurangan.
Indikasi Sorogan dalam Memperlambat Progresivitas Penyakit Alzheimer
Menurut Home Lifestyle Health Concerns dalam penelitiannya membuktikan bahwa penguasaan banyak bahasa asing dapat meminimalisasi progresivitas penyakit alzheimer karena mampu meningkatkan kapasitas otak untuk berfikir dan memori (Hakim & Chiani, 2019, hal. 332).
Pengenalan bahasa asing merupakan salah satu yang menyebabkan otak mendapat rangsangan positif karena bahasa asing menstimulus otak maka neuron atau sel otak yang merespon dan bekerja. Sel-sel otak yang mendapat rangsangan dari bahasa asing akan mengaitkan dengan sel otak yang lain (Hakim & Chiani, 2019, hal. 335)
Ketika sel-sel otak tersebut diasah dengan baik maka kinerjanya akan baik pula, pun sebaliknya (Hakim & Chiani, 2019, hal. 335). Hal tersebut mengindikasikan bahwa metode sorogan di pesantren-pesantren juga dapat memperlambat progresivitas penyakit alzheimer karena sel-sel dalam otak diasah dengan baik sehingga terjadi penguatan memori.
Seperti yang disampaikan oleh Enung Asmaya, Dosen Psikolog UIN Saizu Purwokerto sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah bahwa sorogan merupakan ilmu yang ada di BKI (Bimbingan Konseling Islam) dan modelnya dalam bentuk privat. Seseorang yang menggunakan model privat biasanya berfikir lebih maksimal karena terdapat tanggung jawab pribadi sehingga dapat menguatkan memori, memiliki persepsi, daya juang serta motivasi yang bagus.
Selain itu di dalam metode sorogan juga terdapat pengulangan yang dilakukan secara intens dan mendalam. Pembelajaran yang efektif salah satunya berawal dari strategi pembelajaran yang lebih fokus pada pengolahan kemampuan berfikir dengan cara menghafal atau mengulang secara intensif karena pikiran akan tetap menjaga kosa kata sebelumnya. Penggunaan strategi memori dalam pembelajaran terutama sorogan memberikan manfaat yang cukup besar bagi santri yaitu termaksimalkannya fungsi otak.
Jadi itulah penjelasan mengenai bagaimana metode Sorogan terindikasi dapat memperlambat progresivitas penyakit alzheimer yang tidak bisa disembuhkan hingga saat ini. Terlebih di prediski bahwa pada tahun 2050, akan ada sekitar 100 juta jiwa penderita alzheimer. Dalam islam, penyakit ini merupakan kebesaran tuhan, menunjukan bahwa manusia adalah mahluk yang penuh dengan ketidaksempurnaan. Namun, manusia termasuk santri seyogyanya harus berikhtiar dalam memperlambat progresivitas penyakit ini.
Penulis: Dwi Aryanti
Leave A Comment