Hope concept. Man paddle red boat to light in cave. illustration. fantasy oil painting

Manajemen Harapan

Oleh: K.H. Prof. Dr. Mohammad Roqib, M.Ag.*

Ada yang perlu kita renungkan dari “la’allakum tattaqun” agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa. Jadi ada menejemen harapan. Harapan manusia pasti ada, setinggi apapun, sekecil apapun, serendah apapun, pasti setiap manusia punya harapan.

Bagaimana agar kita meningkat kehidupannya maka berpandai-pandailah memanaj harapan. Jika orang mengatakan “Ah, apakah mungkin kalau kau orang desa, bisa menggapai cita-cita? Bolehlah komentar ini didengar tapi jangan sampai mematahkan semangat, bahwa kita akan tetap memelihara, menyemai, mengembangkan  harapan itu menjadi riil dan nyata dalam kehidupan.

Selama orang masih punya harapan maka orang tersebut masih mempunyai masa depan. Jika ada orang yang sudah putus harapan, maka kesengsaraan, kehinaan, akan menghadang dalam kehidupan. Jadi harapan ini penting. Allah punya iradah. Dengan mengikuti apa yang diwajibkan oleh Allah dan sifat Allah maka kita juga punya harapan. Harapan sebagai manusia untuk menjadi lebih baik, lebih meningkat. Kita harapannya bisa meniru jejak orang-orang sukses. Jika di sekitar kita ada orang yang telah diberi nikmat, jika itu kenikmatan ilmu, maka tempelkan untuk mendapatkan ilmu setinggi langit. Jika melihat kenikmatan orang yang diberi harta dan suka mendermakan harta bendanya, maka kejarlah rizki Allah dengan sekaligus merencanakan bahwa rizki yang didapat nanti akan dimanfaatkan untuk kemaslahatan diri sendiri, orang-orang di sekitar dan semua masyarakat yang ada di lingkungan kita. Memberikan kenikmatan potensi ekonomi yang kita miliki kepada orang lain, adalah bagian dari manajemen harapan agar semakin hari semakin sejahtera. Ini namanya kecerdasan finansial atau fikih finansial. Jadi kehidupannya semakin hari semakin memiliki tingkat kesejahteraan. Kesejahteraan itu bukan untuk diri sendiri saja tetapi untuk orang-orang di sekitarnya yang dia cintai bahkan bagi masyarakat secara luas.

Jika kita berhadapan dengan pejabat, pemerintah, maka kita juga bisa punya harapan. Bahwa suatu saat nanti, ketika bisa memegang tampuk kepemimpinan, bisa mengambil kebijakan, menggerakan rakyat, menggerakan umat untuk satu titik tujuan utama yaitu mendapatkan ridho Allah dengan tingkat kemaslahatan berupa kesejahteraan yang meningkat, keadilan yang merata, dan mendapatkan tingkat prestasi serta kebahagiaan yang didamba.

Namun harapan itu jangan sampai dititikkan pada potensi material, tapi harus ditarik lurus terus ke atas sampai ke titik spiritual yaitu mendapat rahmat dan ridho Allah Swt. Jadi harapan ini banyak visinya. Misalnya, punya harapan untuk membuat sebuah gedung, taman, istana yang nyaman dan bisa bermanfaat  lagi untuk dirinya, masyarakat, dan semuanya ditujukan untuk meraih ridho Allah Swt. Jadi aspek seni, budaya, dengan keindahan rumah, taman, lukisan, khot, seni suara, lagu dan seterusnya diharapkan bisa berkembang terus, tapi titik sentral dari tujuannya adalah untuk mendapatkan rahmat dan ridho Allah.

Ini adalah salah satu upaya yang harus terus ditanamkan di dalam hati setiap individu muslim, tanpa kecuali, orang desa, kota, hanya tamatan SD atau sarjana, pascasarjana, ustad, santri, kiai, semua harus mengembangkan harapan-harapannya dan dimanaj jangan sampai berbenturan, tetapi harus serasi kepada satu titik. Saling menguatkan, saling melengkapi, dan ini menjadi bagian dari upaya untuk menguatkan tadi.

Jika ada kelemahan, penurunan semangat, dan lain sebagainya, berkonsultasilah kepada yang ahlinya. Tanya kenapa semangat kita turun, kenapa semangat kita melemah? maka nanti akan ada jalan keluar. Semangat dan harapan ini tidak hanya sekadar menjadi harapan namun akhirnya menjadi kenyataan dengan terus menerus semangat di dalam hati, di dalam jiwa dan di dalam kalbu “man jadda wajada” siapa yang giat pasti akan dapat, siapa yang memohon maka akan dikabulkan, siapa yang berikhtiar maka akan mendapatkan. Tahniah!

*Tulisan di atas merupakan renungan ngaji kehidupan bertajuk “Mutiara Hati” yang disampaikan oleh K.H. Prof. Dr. Mohammad Roqib, M.Ag.

Ilustrasi: https://media.istockphoto.com/id/1169704350/id/vektor

2 Responses

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *